Dinding bagian luar yang terbuat dari papan-papan yang disusun tegak dan berjajar, sekarang ditutup dengan vitrage dan gordyn. Begitu juga lantai papan ditutup dengan plastik vinyl yang dibeli di pasar Kosambi. Langit-langit dibiarkan apa adanya, dengan harapan keluarga Pelamar yang datang tidak terlalu memperhatikan bagian atas.
Pada hari H, akhir Desember 1996, keluarga Koko SK dari Batam (Mamak dan ketiga saudara perempuan seumuran Mamak) datang dengan pesawat terbang ke Jakarta dan lanjut dengan perjalanan menggunakan mobil kantor ke Bandung. Bapak tidak bisa ikut karena Beliau sudah beberapa tahun ini terkena stroke.
Ternyata para sepuh ini tidak bisa berbahasa Indonesia.
Mamak hanya
bisa berbahasa Melayu dan bahasa Khe (ini bahasa daerah, salah satu suku dari
bangsa China). Untungnya ayah saya bisa berbahasa Khe, meskipun sudah banyak
kosa kata yang lupa ….jadi deh … percakapannya campur aduk bahasa Melayu dan
bahasa Khe.
Kalau saja
saat itu sudah ada acara TV "Upin Ipin" setidaknya kami bisa lebih mengerti apa
yang mereka katakan.
Mami dan
saya yang hanya bisa berbahasa Indonesia dan bahasa Sunda, cuma manggut-manggut
dan senyam-senyum. Tidak tahu persis apa yang mereka bicarakan, beberapa bisa
ditebak-tebak, tetapi niat acaranya jelas … hari ini ada lamaran, ditandari
dengan tukar cincin, lalu menghitung hari baik untuk menikah (menurut saya sih … setiap hari sebenarnya baik … tetapi
tidak ada salahnya untuk menuruti apa yang diinginkan calon mertua, bukan?).
Ternyata, menurut
perhitungan “orang ahli berhitung hari baik” yang Mamak bawa, saya dan Koko yang berbeda usia 6
tahun sebenarnya ciong (bertentangan, tidak cocok). Yang satu shio Kuda,
yang satu shio Tikus (he he he ... padahal kami 100% manusia, anak-anak
muda yang tidak percaya hal-hal seperti itu).
Jika diumpamakan arah mata
angin, yang satu mengarah ke utara, yang lain ke selatan.
Dan ciong ini bisa dinetralkan dengan
kehadiran anak ber-shio Macan (dilahirkan sesudah
Februari 1998) atau bershio Monyet (dilahirkan
Februari-Desember 2004). Semakin jauh dari bulan Februari semakin baik,
supaya pengaruh shio dari tahun sebelumnya berkurang.
Kalau nikah
terlalu cepat, kami berpotensi dapat “anak shio kerbau”
atau “anak macan di bawah pengaruh kerbau” Ck...ck ..ck … repotnya!
Berarti
pernikahannya harus sesudah pertengahan 1997 supaya dapat “anak yang benar-benar (ber-shio) macan”.
Hm … siapa
yang bisa yakin … bisa langsung hamil segera setelah menikah?
Kalau ternyata
hamilnya terlambat, dan tahun (dengan shio) macan
keburu berlalu… bagaimana?
Masak ya
dipaksa lahir premature supaya tetap dapat “anak
(ber-shio) macan”.
By the way …
acara tetap ditutup dengan makan bersama.
Di sana
terkenal dengan tempat pemandian air panas alam, ada banyak hotel dan motel.
Cocok banget
untuk menyembuhkan encok, rematik, pegal-pegal ataupun hanya berendam.
Kami berenam
mengambil 2 kamar untuk 1 malam saja.
Keesokan
harinya, kami jalan-jalan ke kawah Tangkuban Perahu, lalu pulangnya mampir belanja
oleh-oleh di factory outlet di sepanjang jalan Cihampelas. Koko menjadi
penterjemah, komentator pilihan warna dan gaya, terakhir jadi penawar harga.
Saya sih ngekor saja, tidak ikutan
belanja.
Sorenya
mereka pulang ke Jakarta untuk terbang kembali ke Batam.
Sampai
bertemu di acara pernikahan nanti, sekitar November 1997 di Bandung.
Cerita berlanjut ke
www.ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/sering-bertengkar-menjelang-pernikahan.html
Cerita berlanjut ke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar